KONTEKSBERITA.com – Division Head Digital Inovation BRI Kaspar Situmorang berbagi tantangan dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam industri perbankan.
Ia mengatakan, rasanya hampir semua organisasi yang ada di industri mulai atau sudah menggunakan AI. Tapi dalam perjalanannya tak semua mulus.
Ia menjelaskan, pada saat BRI merekomendasikan beberapa pipeline ke customer, di awal-awal menggunakan predictive AI tidak semuanya berhasil.
“Ada yang NPL-nya jelek juga, merekomendasikan customer NPL-nya jelek, akhirnya kami pelajari, di mana sebenarnya retak masalahnya sehingga kualitas predict-nya tadi tetap buruk,” ujar Kaspar saat Fordigi Summit 2024 di Jakarta.
“Akhirnya kita pelajari, ternyata pipeline yang diberikan tadi itu ada dua. Jadi, pipeline sentral sama pipeline lokal,” sambungnya.
Ia menjelaskan, pipeline sentral adalah pipeline yang diberikan oleh machine learning. Hasilnya, NPL yang muncul cukup bagus di bawah 1 persen kredit macetnya.
Tapi ternyata di lapangan, saat dipelajari lebih lanjut, ada pipeline yang dimasukkan sendiri atau canvassing oleh tenaga pemasar BRI, yang langsung dimasukkan ke loan origination system tanpa di filter dulu oleh machine learning.
“Nah itu ternyata yang membuat kredit macet bermasalah tadi itu, kemudian kita perbaiki dari hari ke hari,” ujarnya.
Jadi, semua hal yang menjanjikan dengan AI, masih ada beberapa persoalan yang harus dilihat dengan jeli.
“Jangan lupa harus di-filter juga lewat AI dan perusahaan learning. Supaya hasilnya memuaskan, kualitas kreditnya juga memuaskan,” pungkasnya.
(Red)