KONTEKSBERITA.com – Siapa menyangka Masjid Jami Al-Falah adalah salah satu Masjid tertua di Bekasi. Berdiri sebelum jaman kemerdekaan Negara Republik Indonesia, tepatnya Tahun 1933 M.
Adalah Raden Bakri dan Adiknya Raden Mustofa yang pertama mendirikan Masjid Al-Falah di RT 001 RW 001, Desa Lubang Buaya, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.
Menurut salah satu keturunan Mbah Raden Bakri, Raden Ahmad Hujaji, menuturkan bahwa Mbah Raden Bakri dan Mbah Raden Mustofa garis keturunan ayahnya yaitu Raden Syekh Muhamad Yusuf Bin Syekh Moh. Alim (Nunggu Lebak Banten) Bin Syekh Abdul Karim (Tanara Banten) sampai ke Wali Songo (Sunan Giri Laya) dan seluruh Nusantara, puncaknya di Mbah Ratu Galuh Pakuan Bogor.
“Sedangkan Garis keturunan ibundanya, Raden Nyai Murtasiah Binti Mbah Raden Kartawidjaya (Djuragan Narun) Bin Mbah Raden Simbar Djaya Bin Mbah Raden Demang TamengLaga sampai ke Mbah Pangeran Wira Saba Bin Sayyidina Gedeng Mataram (Jawa Tengah), puncaknya sampai ke Sayyidina Husein radhiyyallahu anhu cucu Nabi Muhammad SAW,” kata Hujaji dikediamannya. Selasa (2/4/2024).
Selanjutnya, Hujaji mengatakan, beliaulah yang mendirikan pertama Masjid Jami Al-Falah dengan bukti pembelian tanah dari warga dan di waqafkan untuk pembangunan Masjid, MI dan K.U.A, serta buktinya ada surat yang ditandatangani Camat Pertama Setu.
“Surat yang ditandatangani Camat Setu pertama, Bapak Raden Haji Mukhtar lengkap ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1951,” ungkapnya.
Sejarah Mbah Raden Bakri
Terkait sejarah Mbah Raden Bakri adalah seorang kholifah pada jaman keresidenan dan Mbah Raden Mustofa sebagai penghulu pada jaman Kewedanaan Tambun.
Setelah jaman kemerdekaan menjadi Kecamatan Setu, Camat pertamanya masih keturunannya, Raden Haji Mukhtar, yang kantornya masih berdiri didepan polsek Setu.
“Hanya saya heran kemana bangunan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Kantor Urusan Agama (KUA), padahal itu penting sebagai bukti sejarah?,” terangnya.
Hujaji berharap dengan membuka sejarah pendiri Masjid Jami Al-Falah Setu agar generasi yang akan datang tidak melupakan sejarah leluhur.
“Nantinya generasi mendatang tahu sejarah yang sebenarnya, tidak bercerai berai,” tutupnya.
Penulis : Sukayat
Editor : Uje
*Update Berita Lainnya di Google News.